By: Rinaldi A Thal
Dunia kepariwisataan Aceh
belakangan ini semakin berkembang, banyak objek wisata yang menarik dan gencar
dipromosikan, termasuk Danau Laut Tawar di Kabupaten Aceh Tengah. Banyak
wisatawan lokal dan asing berdatangan ke Takengon, Ibukota Kab. Aceh Tengah,
untuk menikmati keindahan Danau yang sering juga di sebut Lut Tawar ini.
Termasuk saya dan tiga orang teman, yang datang dari Lhokseumawe dan Bireuen untuk
liburan selama dua hari di Takengon.
Perjalanan menapaki pesona Danau
Laut Tawar kami mulai pada pagi hari, yaitu sekitar pukul 9, dimana matahari
masih hangat dan udara juga masih dingin di seputaran danau. Pada hari itu kami
sudah berniat untuk mengelilingi danau secara keseluruhan. Jika hanya memutari
danau tanpa berhenti untuk istirahat, hanya membutuhkan waktu 1 atau 1 jam
setengah saja, dengan start kota
Takengon. Tapi, sepertinya itu bukan ide yang bagus bagi kita yang memang niat
berwisata. Ada beberapa objek di seputaran danau yang bisa kita singgahi,
diantaranya Goa Putri Pukes, Ujung Paking, Air Terjun Mengaya, dan Bukit Burni
Gayo.
Goa Putri Pukes
Awalnya kami menyusuri danau dari
bagian kiri, dan singgah di Goa Putri Pukes. Di dalam Goa yang tidak terlalu
luas tersebut, terdapat sebuah batu setinggi manusia, yang menurut cerita
rakyat setempat adalah wujud dari seorang putri yang bernama Putri Pukes, yang
berubah menjadi batu. Memasuki goa ini, anda akan dikenakan biaya masuk
Rp.3000,-, jika ingin mendengar kisah tentang putri Pukes, ada pemandu yang
akan menceritakannya, anda hanya perlu bertanya dan mendengarkan saja tanpa
merogoh kocek lagi. Jangan lupa bagi anda yang hobi foto, sempatkan waktu
beberapa menit untuk berpose di goa kebanggaan rakyat Gayo ini.
Sumber Air di Lereng Gunung
Setelah merasa puas di Goa Putri
Pukes, kami pun melanjutkan perjalanan mengelilingi danau. Dalam perjalanan,
kami sempat singgah untuk sekedar merasakan sensasi dingin air ala pengunungan
Gayo, yaitu sebuah sumber air yang mengalir dari sungai kecil di pinggiran
gunung dan ditampung ke tempat yang mirip sebuah kolam. Airnya sangat bening
dan dingin, sangat segar untuk cuci muka, atau jika haus, sepertinya tidak akan
sakit perut jika anda meminumnya (tapi saya tidak mencobanya.. hehe).
Air Terjun Mengaya
Lanjut lagi, destinasi kami
selanjutnya adalah Air Terjun Mengaya. Sedikitnya ada dua air terjun di objek
wisata ini. Akses menuju air terjun pertama tidak sulit, untuk sampai kesana,
kita hanya perlu berjalan kaki lebih kurang 100 meter. Air terjun ini masih
sangat alami, jika anda membawa bekal, akan sangat nikmat saat melahapnya
diatas bebatuan dengan latar air terjun. Nah, bagi anda yang suka hiking atau ingin mencicipi petualangan
yang bikin “sesak napas”, sangat disarankan untuk menjemput keinginan anda itu
dengan mendatangi air terjun kedua, yang letaknya sekitar 50 meter di atas air
terjun pertama. Untuk menuju kesana, kita harus menempuh jalan mendaki, dan
dibeberapa tempat agak sedikit terjal, jadi kita harus sangat berhati-hati.
Bagi yang tidak terbiasa mendaki, pasti akan ngos-ngosan. Tapi, sesampainya di
air terjun, rasa lelah anda akan terobati. Air terjun kedua ini, tampak lebih
anggun dibandingkan air terjun pertama, suasananya pun jauh lebih alami. Anda
akan merasakan sensasi seperti berada di tengah hutan, sangat cocok bagi yang
punya banyak masalah, saat berada disini, satu per satu masalah seakan pergi
digantikan aroma pepohonan dan air yang begitu damai. Tapi, saya tidak akan
menyarankan anda untuk mandi di kedua air terjun tersebut, karena airnya sangat
dingin. Saya yakin, kalaupun anda ingin mencobanya, pasti tidak akan lama.
(hehhe)..
Burni Gayo
Belum puas berwisata di air terjun, kami pun meneruskan penjelajahan ke Burni Gayo, destinasi terakhir kami selama di Takengon. Di atas bukit ini, kita bisa menikmati pesona Danau Laut Tawar dan melihat kota Takengon dari ketinggian. Sentuhan lembut angin, aroma pepohonan, ditambah panorama danau laut tawar yang memanjakan mata, cukup memacu niat saya untuk kembali lagi suatu hari nanti. Semoga…