Senin, 16 Agustus 2010

MENGUKUR KUALITAS KEPRIBADIAN

Oleh : Rinaldi A Thal


            Setiap manusia diciptakan Allah berbeda-beda. Mulai dari jenis kelamin, rupa, postur tubuh, tingkah laku, hingga cara berbicara. Semua telah di atur sedemikian rupa dan sedemikian sempurnanya. Sekalipun ada yang kembar, pastilah ada satu celah atau satu sisi yang membedakannya. Selain itu, ada satu hal yang paling membedakan antara manusia yang satu dengan manusia lain di mata Allah, yaitu Iman dan Taqwa. Tingkat keimanan dan ketaqwaan seorang manusia tidak dapat ditebak dengan hanya melihat kepribadiannya sehari-hari. Semua hal yang ada di langit dan di bumi ini telah ada dalam skenario Tuhan.
Semua daya dan upaya yang kita lakukan, secara lahiriah dan secara adat memang itu datangnya dari diri kita sendiri. Namun dibalik itu semua, segala apapun yang kita lakukan, itu datangnya dari kuasa Allah. Allah telah menetapkan takdir manusia sesuai kehendak-Nya. Kita tidak berhak melayangkan protes kepada Allah seandainya takdir kita tidak sebaik takdir yang diterima orang lain. Allah telah mengatur semuanya, dan semua itu pasti mengandung hikmah. Kita dituntut berusaha untuk menggapai sesuatu yang kita inginkan. Karena sesungguhnya Allah tidak akan nasib suatu kaum, melinkan ia berusaha mengubahnya sendiri.
Segala sesuatu itu, baik dan buruknya ia pastilah merupakan suatu representasi dari diri kita yang selama ini belum tampak. Sifat yang selama ini telah ada dalam diri kita yang tanpa sadar mengundang hati dan pikiran kita untuk melakukan sesuatu yang kadang menjadikan kita disenangi semua orang. Atau kadangkala sifat yang tadinya lembut, tiba-tiba menjadi keras dan berakibat dijauhi orang. Kadar baik dan buruk tersebut bisa diukur dari kecondongan mana sikap kita sehari-hari. Jika sifat maupun perilaku yang sering muncul dalam diri kita itu baik, maka kita tergolong sebagai seorang manusia yang baik.
Namun sebaliknya, jika perilaku kita lebih sering menunjukkan ke nilai-nilai negatif, seperti tidak senang melihat orang lain bahagia, iri melihat teman kita dihadiahi perhiasan oleh orang tuanya, marah kepada guru atau dosen gara-gara mendapat nilai C, dan lain sebagainya itu menandakan bahwa pribadi kita cenderung dikategorikan kedalam ciri-ciri manusia berkualitas rendah. Hal yang tidak baik tersebut harus segera dimusnahkan agar tidak sampai mengakar. Kalau sudah mengakar akan sulit untuk mencabutnya.
Ukuran diri seseorang tentunya berbeda-beda, kadar baik dan buruknya juga berbeda. Manusia itu sebenarnya adalah makhluk yang unik. Perbedaan merupakan salah satu keunikan yang paling menonjol pada manusia. Seperti salah satu syair Aceh yang bunyinya, “ oek sama itam, pikiran hana saban” yang artinya “ rambut sama hitam, tapi pikiran tidak sama”.
Dalam kehidupan manusia dituntut untuk melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya. Antara si A dan si B tidak akan sama jalan atau cara yang ditempuh dalam melaksanakan sebuah pekerjaan yang sama (terkecuali mereka telah merencanakan melakukannya bersama), perbedaan sangat berperan penting dalam mengukur diri seseorang. Dengan adanya perbedaan, kita bisa melihat sejauh mana tingkat kepandaian, kesuksesan dan kualitas pribadi kita dibandingkan dengan sahabat kita.
Seseorang baru dikatakan berkualitas jika ia mampu menyeimbangkan antara kepandaian, kecerdikan dan potensi diri yang dimiliki dengan keimanan terhadap agama yang kuat. Tanpa keyakinan dalam beragama, manusia tersebut telah berjalan tanpa arah. Ia cenderung bergerak tanpa tujuan. Hanya waktu yang jua membawanya. Berbeda dengan seorang yang melakukan sesuatu dengan pertimbangan agama, ia akan sangat hati-hati. Ketika ingin melakukan suatu kesalahan, segera mungkin hatinya melarang melakukannya. Tingkat keimanan juga merupakan salah satu ukuran kualitas pribadi kita, jika iman kita pada agama yang kita anut itu kuat, maka ia iman itu akan menuntun kita menuju kualitas pribadi yang baik. Sebaliknya, seandainya iman kita tipis, maka rendah lah kualitas kepribadian kita.
Untuk itu, mari kita tingkatkan kulitas kepribadian kita dengan memperdalam pengetahuan keagamaan untuk memperkuat keimanan kita dan melakukan segala sesuatu yang baik serta mengundang manfaat bagi kita sendiri dan dapat juga diambil manfaat oleh orang lain sehingga segala sesuatu yang kita lakukan tersebut tidak menjadi sia-sia. Karena kualitas kepribadian seseorang itu dapat diukur dari sejauh mana ia mampu menghasilkan sesuatu, sejauh mana ia merasa puas akan hasil tersebut dan sejauh mana orang lain bisa merasakan manfaat dari tindakan kita.

Wallahu‘alam...
Wassalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar